Jawaban Penganggaran

 TUGAS 3 PENGANGGARAN

1.      1.  Uraian apa yang dimaksud dengan: laba kontribusi, laba langsung, laba terkendali, laba sebelum pajak dan laba bersih!

Jawab :

a.       Laba kontribusi

Laba kontribusi merupakan pendapatan dikurangi biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya berubah secara proporsional dengan aktivitas atau volume penjualan. Ini mencakup seluruh biaya variabel yang terjadi di pusat laba, sehingga mencakup biaya variabel yang terjadi di segala departemen di bawah kendali manager pusat laba. Kesulitan untuk menggunakan konsep laba ini adalah bahwa managemen harus mengidentifikasi semua jenis biaya, mana yang variabel dan mana pula yang tetap. Jika terdapat biaya yang berifat campuran antara variabel dan tetap, maka memisahkannya dalam praktik tidaklah mudah. Secara teoritis, beberapa metode dapat digunakan.Argumen yang mendukung konsep margin kontribusi adalah bahwa penjualan dan biaya variabel adalah dua pos yang dapat dikendalikan oleh manager pusat laba dan bahwa biaya tetap tidak dapat dikendalikannya. Itulah sebabnya manager harus dimintai pertanggungjawaban atas diperolehnya margin kontribusi dengan jumlah semaksimum mungkin dan tidak perlu dimintai pertanggungjawaban atas biaya tetap. Argumen ini tentu ada kelemahannya, yakni tidaklah benar bahwa seluruh biaya tetap tidak dapat dikendalikan oleh manager pusat laba.

b.       Laba Langsung

Laba langsung merupakan margin kontribusi dikurangi biaya tetap yang secara langsung terjadi di pusat Jaba. Contoh biaya tetap tersebut adalah kebanyakan biaya di bagian administrasi dan umum yang meliputi, misalnya, gaji manager dan gaji karyawan. Gaji manager dan gaji karyawan di bagian umum tentu managerlah yang memutuskan besar kecilnya. Ini berarti bahwa biaya tetap tersebut adalah di bawah kendali manager pusat laba. Manager harus bertanggung jawab atas jumlah aset yang dikeluarkan untuk membayar gaji-gaji tersebut. Tampaklah jelas bahwa konsep laba langsung memperbaiki kelemahan konsep margin kontribusi yang mengasumsikan bahwa seluruh biaya tetap adalah uncontrollable. Dengan konsep laba langsung, manager bertanggung jawab terhadap penjualan, total biaya variabel, dan biaya tetap yang secara langsung terjadi di pusat laba. Biaya yang terjadi di kantor pusat (holding company) tidaklah menjadi tanggung jawab manager pusat laba sehingga biaya tersebut tidak menjadi pengurang laba langsung. Pesan yang tersirat dari konsep laba langsung adalah memotivasi manager pusat laba untuk memaksimumkan laba langsung. Laba langsung inilah laba yang diharapkan memiliki kontribusi untuk menutup seluruh biaya korporat. Andaikan semua pusat laba menghasilkan laba langsung yang dapat menutup seluruh biaya korporat, maka perusahaan akan memperoleh laba.

c.       Laba Terkendali

Laba terkendali adalah laba langsung pusat laba dikurangi beban-beban perusahaan yang dapat dikendalikan oleh manager pusat laba. Umpamakan di antara biaya korporat terdapat biaya pelatihan karyawan dan managemen. Pusat laba mungkin mengirim karyawan dan para managernya untuk diberi pelatihan di kantor pusat. Biaya per peserta ditentukan oleh kantor pusat dan menjadi tanggungan pusat laba pengirim karyawan. Dengan demikian,meskipun biaya pelatihan terjadi di kantor pusat, namun terdapat bagian dari biaya tersebut yang berada di bawah kendali manager pusat laba. Itulah contoh biaya korporat yang dapat dikendalikan oleh manager pusat laba. Alasan lain adalah bahwa jika pusat laba merupakan suatu unit usaha yang independen dari perusahaan ho/lding-nya, tentu dia akan membayar  juga biaya-biaya semacam pelatihan tersebut. Oleh karena itu, pusat laba harus menanggungnya. Aspek motivasinya adalah bahwa manager terdorong untuk memperoleh penjualan yang melampaui seluruh biaya yang dapat dikendalikannya, baik yang terjadi langsung di SBU-nya maupun yang terjadi di kantor pusat.

d.       Laba Sebelum Pajak

Laba sebelum pajak merupakan laba terkendali dikurangi biaya korporat alokasian dari kantor pusat. Biaya korporat alokasian adalah biaya korporat yang tidak dapat dikendalikan oleh para manager pusat laba. Contohnya yaitu gaji dan tunjangan CEO, penyusutan kantor CEO, dan biaya operasi helikopter korporat. Biaya-biaya ini dialokasikan ke seluruh pusat laba, yakni dibebankan ke pusat laba-pusat laba dengan alasan pusat laba-pusat laba tersebut secara tidak langsung menikmati jasa korporat. Penggunaan istilah alokasi menunjukkan bahwa biaya yang dialokasi memang di luar kendali para manager pusat laba. Artinya, timbulnya biaya tersebut tidak disebabkan oleh transaksi timbal balik antara korporat dan pusat laba. Di situ tidak jasa korporat yang secara langsung dinikmati oleh pusat laba. Ini berbeda dari biaya korporat terkendali yang terjadinya melibatkan transaksi antara korporat dan pusat laba, misalya dalam transaksi pelatihan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Aspek motivasinya yaitu untuk mendorong para manager pusat laba mengambil keputusan jangka panjang yang dapat menutup seluruh biaya korporat tanpa memandang apakah biaya tersebut terkendali atau tidak oleh mereka. Alokasi biaya korporat tak terkendali ini juga dapat menjadi mekanisma bagi manager pusat laba untuk  berperan mengawasi biaya korporat. Jika terlalu besar, maka biaya ini tidak dapat ditutup oleh pusat laba-pusat laba. Artinya, per kelompok maupun per individu pusat laba, laba sebelum pajaknya boleh jadi negatif. Jika angkanya negatif, maka dapat saja muncul kesadaran bahwa kantor pusat bekerja tidak ekonomis. Hal ini perlu untuk tindakan korektif oleh CEO terhadap biaya kantor pusat.

e.       Laba Bersih

Laba bersih merupakan laba sebelum pajak dikurangi pajak atas laba. Bila penjumlahan laba bersih seluruh pusat laba adalah positif, maka perusahaan pasti laba bersihnya positif. Kritik yang dialamatkan ke konsep laba bersih yaitu bahwa laba bersih hanyalah proporsi tertentu dari laba sebelum pajak sehingga penggunaan laba bersih ini jarang untuk motivasi dan penilaian kinerja manager pusat laba. Selain itu, keputusan untuk meminimumkan jumlah pajak berada di level korporat.

 

2.    2.   Pak Tono memiliki 2 restauran seafood di Blok A dan Blok M, dimana investasi awal kedua restaurant tersebut masing-masing sebesar Rp90 juta. Karena letak yang lebih strategis, maka cabang di Blok M memperoleh laba sebesar Rp 10 juta, dan di Blok A hanya sebesar Rp6 juta. Terdapat usulan investasi baru sebesar Rp 70 juta dengan laba Rp4 juta. Jika biaya modal sebesar 5%, berapa ROI dan EVA dari masing-masing restaurant setelah adanya investasi baru? Dan apakah pak Tono akan mengambil investasi baru utk masing-masing restaurant? Jelaskan  alasannya!

Jawab :

Untuk menghitung Return on Investment (ROI) dan Economic Value Added (EVA) untuk setiap restoran, kita perlu mempertimbangkan investasi awal, keuntungan, dan biaya modal.

 

Diketahui:

 

Investasi awal untuk setiap restoran: Rp90 juta

Keuntungan untuk cabang Blok M: Rp10 juta

Keuntungan untuk cabang Blok A: Rp6 juta

Usulan investasi baru: Rp70 juta

Keuntungan dari investasi baru: Rp4 juta

Biaya modal: 5%

Perhitungan ROI

ROI mengukur laba atas investasi relatif terhadap biayanya. Hal ini dihitung dengan membagi keuntungan dengan investasi awal dan menyatakannya dalam bentuk persentase.

 

Untuk cabang Blok M:

 

ROI = (Laba / Investasi Awal) x 100

ROI = (Rp10 juta / Rp90 juta) x 100

ROI = 11,11%

Untuk cabang Blok A:

 

ROI = (Laba / Investasi Awal) x 100

ROI = (Rp6 juta / Rp90 juta) x 100

ROI = 6,67%

Perhitungan EVA

EVA mengukur laba ekonomi yang dihasilkan oleh suatu investasi setelah dikurangi biaya modal. Hal ini dihitung dengan mengurangkan hasil perkalian antara biaya modal dan modal yang diinvestasikan dengan laba.

 

Untuk cabang Blok M:

 

EVA = Laba - (Biaya Modal x Investasi Awal)

EVA = Rp10 juta - (5% x Rp90 juta)

EVA = Rp10 juta - Rp4,5 juta

EVA = Rp5,5 juta

Untuk cabang Blok A:

 

EVA = Laba - (Biaya Modal x Investasi Awal)

EVA = Rp6 juta - (5% x Rp90 juta)

EVA = Rp6 juta - Rp4,5 juta

EVA = Rp1,5 juta

Keputusan tentang Investasi Baru

Untuk memutuskan apakah akan mengambil investasi baru untuk setiap restoran, kita perlu membandingkan ROI dan EVA dari investasi baru dengan investasi yang sudah ada.

 

Untuk cabang Blok M:

 

ROI investasi baru = (Rp4 juta / Rp70 juta) x 100

ROI investasi baru = 5,71%

EVA investasi baru = Rp4 juta - (5% x Rp70 juta)

EVA investasi baru = Rp4 juta - Rp3,5 juta

EVA investasi baru = Rp0,5 juta

Untuk cabang Blok A:

 

ROI investasi baru = (Rp4 juta / Rp70 juta) x 100

ROI investasi baru = 5,71%

EVA dari investasi baru = Rp4 juta - (5% x Rp70 juta)

EVA investasi baru = Rp4 juta - Rp3,5 juta

EVA investasi baru = Rp0,5 juta

Berdasarkan perhitungan ROI dan EVA, cabang Blok M dan Blok A memiliki ROI dan EVA yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi baru. Oleh karena itu, Pak Tono tidak disarankan untuk mengambil investasi baru untuk kedua restoran tersebut.

 

Alasannya, ROI dan EVA investasi baru lebih rendah daripada investasi yang sudah ada. Artinya, investasi baru tersebut diperkirakan tidak akan menghasilkan laba atau nilai tambah ekonomi sebanyak restoran yang ada saat ini. Akan lebih bermanfaat bagi Pak Tono untuk fokus meningkatkan kinerja cabang yang sudah ada daripada berinvestasi di cabang baru dengan tingkat pengembalian yang lebih rendah.

 

 

3.   3.    Jelaskan metode-metode apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan investasi jangka panjang (capital budgeting)?

Jawab :

 

Untuk melakukan investasi jangka panjang, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Beberapa di antaranya adalah:

 

1.       Metode Net Present Value (NPV): Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode waktu tertentu. Jika nilai NPV positif, maka investasi sebaiknya dilakukan.

2.       Metode Internal Rate of Return (IRR): Metode ini menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi jangka panjang. Jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga, maka investasi sebaiknya dilakukan.

3.       Metode Payback Period: Metode ini menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya awal investasi berdasarkan arus kas. Jika periode pengembalian pendek, maka investasi lebih menarik.

4.       Metode Profitability Index (PI): Metode ini menghitung rasio antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode waktu tertentu. Jika nilai PI lebih besar dari 1, maka investasi sebaiknya dilakukan.

Metode Accounting Rate of Return (ARR): Metode ini menghitung rata-rata laba yang diharapkan dari investasi jangka panjang. Jika ARR lebih besar dari tingkat suku bunga, maka investasi sebaiknya dilakukan .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengumuman Pemilu secara Nasional? Hasil Quick Count Bisa Beda Tidak?

Resep Membuat Asinan Kiamboy